Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang gadis cantik dengan rambut pirang.
Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan kuharap aku pun sama.
Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan.
Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu.
Namun ketika dia lewat - tersenyum.
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.
Aku berhenti untuk membeli bunga lili.
Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona.
Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa.
Ketika aku pergi, dia berkata, "Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta."
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh
Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.
Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak dengan bola mata biru.
Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain.
Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.
Aku berhenti sejenak, lalu berkata, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, nak ?"
Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh
Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.
Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang mentari terbenam.
Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar.
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh.
- Bruno Hagspiel -
Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan kuharap aku pun sama.
Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan.
Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu.
Namun ketika dia lewat - tersenyum.
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.
Aku berhenti untuk membeli bunga lili.
Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona.
Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa.
Ketika aku pergi, dia berkata, "Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta."
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh
Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.
Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak dengan bola mata biru.
Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain.
Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.
Aku berhenti sejenak, lalu berkata, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, nak ?"
Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh
Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.
Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang mentari terbenam.
Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar.
Oh Tuhan, ampuni aku bila aku mengeluh.
- Bruno Hagspiel -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar